Digital Marketing . Rabu, 01 Oktober 2025 12:35 WIB . By

Perubahan Algoritma & Metode Pengukuran Engagement

Kalau kamu merasa konten di Instagram, TikTok, atau platform lain belakangan ini “nggak sejauh dulu” jangkauannya, jangan buru-baru menyalahkan kualitas kontenmu. Bisa jadi masalahnya ada di satu kata keramat: algoritma.

Yap, algoritma media sosial selalu berubah. Tujuannya sederhana: bikin pengguna betah lebih lama di platform. Tapi buat brand, perubahan ini berarti strategi yang dulu efektif bisa jadi nggak lagi relevan sekarang.

Dari Likes ke Retention

Dulu, metrik utama yang dikejar para marketer biasanya likes, shares, atau comment. Semakin banyak, semakin dianggap sukses.
Sekarang, platform seperti Instagram mulai menggeser fokus ke hal lain: seberapa lama orang bertahan nonton kontenmu.

Misalnya, Instagram baru saja mengenalkan metrik skip rate dan retention chart untuk Reels.

  • Skip rate: seberapa cepat orang melewatkan kontenmu.

  • Retention chart: bagian mana dari video yang bikin orang berhenti nonton, atau sebaliknya, bertahan sampai akhir.

Artinya? Bukan lagi soal berapa banyak orang yang “lihat sekilas”, tapi berapa banyak yang benar-benar mau menghabiskan waktu di kontenmu.

Kenapa Ini Penting?

Perubahan algoritma ini bikin brand perlu lebih cermat bikin konten. Hook di 3–5 detik pertama jadi kunci. Kalau opening kontenmu flat, kemungkinan besar audiens akan swipe ke video berikutnya.

Selain itu, algoritma sekarang lebih menghargai konten yang relevan dan autentik. Engagement yang organik jauh lebih bernilai dibanding “angka cantik” yang sebenarnya nggak berpengaruh pada brand loyalty.

Apa yang Bisa Dilakukan Brand?

  1. Optimalkan detik pertama – Tarik perhatian audiens dengan visual kuat, pertanyaan menarik, atau statement yang bikin penasaran.

  2. Perhatikan alur storytelling – Jangan hanya informatif, tapi juga entertaining. Ingat, orang buka sosmed bukan untuk belajar formal, tapi untuk terhibur.

  3. Uji coba & analisa data baru – Cek skip rate, cek retention. Bagian mana yang bikin orang drop off? Bagian mana yang bikin mereka stay? Gunakan insight ini untuk perbaikan konten berikutnya.

  4. Bangun koneksi, bukan sekadar impresi – Fokus ke konten yang memberi value, entah itu tips sederhana, cerita relatable, atau pengalaman personal yang bisa bikin audiens merasa dekat dengan brand.

Algoritma media sosial akan terus berubah, dan metrik pengukuran engagement juga ikut berevolusi. Yang dulu hanya soal “likes” sekarang sudah jadi soal durasi perhatian.

Untuk brand, kuncinya adalah adaptif. Jangan terlalu nyaman dengan formula lama. Terus bereksperimen, belajar dari data, dan yang paling penting: tetap hadir dengan konten yang jujur, relevan, dan menyenangkan bagi audiens.

Pada akhirnya, engagement bukan lagi sekadar angka, tapi tentang bagaimana brand bisa benar-benar nyambung dengan orang yang menontonnya.