Overpromise adalah ketika bisnis menjanjikan sesuatu yang terdengar “wow” tapi ternyata nggak realistis atau nggak mampu diwujudkan. Misalnya:
“Pengiriman 1 jam sampai!” padahal kamu tahu kurirnya butuh minimal 2 jam.
“100% hasil instan!” padahal produkmu butuh proses.
“Gratis semua ongkir tanpa syarat!” padahal ada limit tertentu.
Tujuannya sih biar menarik perhatian calon pelanggan. Tapi kalau janji itu gagal dipenuhi? Yang ada malah bikin kecewa dan bikin orang kapok belanja lagi.
Menciptakan ekspektasi palsu.
Pelanggan jadi berharap terlalu tinggi. Sekali gagal, kepercayaan bisa langsung hilang.
Merusak reputasi.
Zaman sekarang, satu review jelek bisa tersebar luas lewat media sosial. Efeknya? Bisa bikin calon pelanggan mundur pelan-pelan.
Melelahkan tim internal.
Karena harus “mengejar janji” yang sebenarnya nggak realistis, tim bisa burnout atau malah frustrasi sendiri.
Janjikan yang masuk akal.
Nggak perlu janji muluk. Justru, kalau kamu bisa underpromise dan overdeliver (janji sewajarnya, tapi hasilnya lebih baik), pelanggan bakal senang banget.
Fokus pada transparansi.
Jujur soal proses, waktu, dan kualitas akan membangun hubungan jangka panjang. Lebih baik sedikit pelanggan tapi loyal, daripada banyak yang kecewa lalu pergi.
Bangun branding dari konsistensi, bukan sensasi.
Bisnis yang sustainable dibangun dari kepercayaan. Bukan sekadar gimmick atau janji bombastis.